
Sumber Foto: um-palembang.ac.id
Di balik almamater hijau yang kini dikenakannya, tersimpan kisah panjang penantian dan perjuangan seorang mahasiswa baru Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), M. Jepri Albukhori (18). Lahir dari keluarga sederhana di Desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Jefri tak pernah membayangkan dirinya bisa menempuh pendidikan di jurusan yang sejak kecil ia dambakan.
Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai petani dengan penghasilan tak menentu, sementara ibunya turut membantu di sawah. Kondisi ekonomi yang terbatas tidak membuat Jepri menyerah. Sejak kecil, ia tekun belajar dan bersemangat untuk meraih cita-citanya.
Saat ditemui dalam wawancara di Kampus UMP, Jepri tampak ramah dan terbuka saat menceritakan kisah hidupnya. Ia mengingat masa di mana ketika dirinya pertama kali mencoba mendaftar ke SMAN Sumatera Selatan melalui jalur beasiswa akademik pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Keberuntungan berpihak padanya, ia dinyatakan lulus dengan beasiswa penuh yang menanggung seluruh biaya sekolah dan asrama.
“Waktu itu saya dikasih tahu oleh kerabat yang kebetulan alumni SMAN Sumatera Selatan. Katanya ada beasiswa, jadi saya coba daftar. Alhamdulillah lolos dan dibiayai full,” kenangnya sambil tersenyum.
Namun perjuangannya tidak berhenti di sana. Setelah lulus SMA, Jefri kembali dihadapkan pada tantangan besar, bagaimana melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Cita-citanya jelas menjadi dokter. Biaya kuliah kedokteran yang mencapai ratusan juta rupiah tentu di luar jangkauan orang tuanya. Tetapi sekali lagi, pintu rezeki terbuka.
Jepri terpilih sebagai penerima Beasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, program yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dengan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan informasi dari laman resmi UMP, program ini menanggung seluruh biaya kuliah hingga lulus serta mendorong Jefri untuk terus aktif berkontribusi bagi masyarakat.
Beasiswa itu bukan hanya meringankan beban orang tuanya, tetapi juga menguatkan tekad Jefri untuk mempertahankan prestasi akademik. Salah satu momen tak terlupakan baginya adalah ketika pihak universitas mulai dari rektor, wakil rektor, hingga dekan FK UMP yang datang langsung ke rumahnya untuk menjemput secara simbolis pada akhir Agustus lalu.
“Saya tidak menyangka dijemput langsung oleh rektor, wakil rektor, dan dekan kedokteran. Waktu itu sekaligus ada foto simbolis penyerahan perlengkapan kuliah. Rasanya campur aduk dan orang tua saya juga bersyukur, bangga, dan senang anaknya dapat beasiswa,” tutur Jefri.
Kini, perjalanan Jepri baru saja dimulai. Ia bertekad menjadikan kuliah sebagai ladang prestasi dan jalan untuk membanggakan orang tua. Kelak, ketika menjadi dokter, ia ingin mengabdikan diri bagi masyarakat.
“Sebagai penerima beasiswa, saya siap melakukan pengabdian. Menjadi dokter itu bukan hanya soal profesi, tapi juga soal empati. Saya ingin mengabdikan diri kepada masyarakat yang membutuhkan, sekaligus berkontribusi untuk nusa dan bangsa,” ucapnya penuh semangat.
Kisah Jepri menjadi bukti bahwa kesempatan tidak selalu berpihak pada mereka yang berpunya, tetapi pada mereka yang tidak berhenti berjuang. Di tengah keterbatasan, semangatnya menegaskan bahwa pendidikan masih menjadi jembatan bagi anak muda menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis : Anis U
Editor: Robiatun Adawiyah





